LAPORAN ANALISIS PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKSI
PT.TELKOM
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Sistem Informai Eksekutif”
Di
susun oleh:
Edi
Santoso (4114045)
FAKULTAS TEKNIK
PRODI SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, karena atas ridho dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Sistem Informasi Eksekutif ini. Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir semester Mata Kuliah Sistem Informasi Eksekutif Jurusan Sistem Informasi di Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.
Penulis merasa bahwa dalam menyusun
laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga
menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak.
Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang
membantu dalam membuat laporan ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Nganjuk, 20 Januari 2017
Penulis
EDI SANTOSO
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
DAFTAR
GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.4 Batasan Masalah..............................................................................................................3
1.5 Metodologi Penelitian...................................................................................................4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan............................................................................................................5
2.2 Services................................................................................................................................5
2.3 Visi dan Misi......................................................................................................................6
2.4 Struktur Organisasi........................................................................................................6
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Teknologi Informasi...............................................................................7
3.2 Penggunaan Aplikasi MyIndihome.......................................................................15
3.3 Panduan Penggunaan Aplikasi My Indihome...................................................16
3.3.1 Panduan Registrasi Indihome....................................................................16
3.3.2 Panduan Lapor Gangguan............................................................................23
3.3.3 Panduan Cek Tagihan.....................................................................................24
3.3.4 Info Dan Bonus Pemakaian .........................................................................25
3.3.5 Panduan Point Reward..................................................................................25
3.3.6 Info Layanan Tambahan...............................................................................26
3.4 Pendekatan Teknologi Informasi..........................................................................27
3.5 Peranan Teknologi Informasi..................................................................................28
3.6 Peranan CIO Dalam Perusahaan ...........................................................................31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................46
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sistem adalah
satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja
bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Menurut O’Brien (2005) sistem
informasi adalah kombinasi teratur dari orang-orang, perangkat keras, perangkat
lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang–orang yang menggunakan
sistem informasi zaman sekarang bertujuan melakukan komunikasi dengan
menggunakan berbagai jenis dari perangkat keras, perintah proses informasi dan
prosedur perangkat lunak, jaringan komunikasi, serta data yang disimpan. Salah
satu karakteristik dari sistem informasi adalah perbedaan komponen–komponen
yang bergantung pada setiap data dan proses mengolahnya.
Sistem informasi
juga merupakan suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan-kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat
manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak
luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Perusahaan bergantung pada sistem informasi
untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis
alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software),
saluran komunikasi (jaringan) dan data yang disimpan (sumber daya data).
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sistem
informasi memberikan peran yang sangat penting dalam dunia bisnis sehingga
seringkali orang menggunakan keunggulan sistem informasi yang ia gunakan
sebagai kunci strategi bisnis.
Informasi di
dalam sebuah perusahaan sangat penting untuk mendukung kelangsungan
perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi
sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu
tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya,
sehingga dalam mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang
pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan
pesaingnya. Disamping itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak
dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi
tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem
terlalu banyak data). Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting
(vital) dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective
business system). Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan
informasi yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain sistem baru.
Salah satu
perusahaan yang menggunakan jaringan sistem informasi terintegrasi untuk
mempermudah jalannya bisnis perusahaan adalah PT Telkom. Sistem informasi pada
perusahaan ini dibuat sebagai wadah aliran informasi untuk ditransfer dari
suatu divisi ke divisi lain yang berkaitan. Dengan perkembangan telekomunikasi
yang semakin pesat dan semakin ketatnya persaingan di dunia telekomunikasi,
oleh karena itu PT. Telkom dituntut untuk semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanannya agar dapat menjadi perusahaan telekomunikasi terbaik di Indonesia
bahkan dunia, tidak hanya itu saja PT Telkom juga menyadari bahwa terdapat
perananan penting sumber daya manusia (SDM) dalam membantu perusahaan untuk
mencapai sasaran utama, dan dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan
kepentingan sosial, fungsional dan karyawan.
Salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah mendeklarasikan pengelolaan pegawainya
dengan sebutan human capital management adalah PT Telkom. Perusahaan
tersebut saat ini telah melakukan transformasi dari human resources
management ke human capital management melalui peningkatan
kapabilitas dan membangun komitmen karyawannya.Perusahaan tersebut juga
melakukan program shifting competencies terhadap karyawannya dari bisnis
telekomunikasi ke bisnis new wave. Transformasi tersebut dilakukan
dengan tujuan human caiptal department dapat menjalankan misinya sebagai
mitra strategis dalam mendukung strategi bisnis perusahaan sehingga perannya
tidak hanya sebagai pendukung atau enabler namun lebih dari itu menjadi performance
driver atau creating (Sumardi,2013).
1.2 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk menambah wawasan dalam mengetahui
bagaimana peran Sistem Informasi terhadap Pt.telkom dan memenuhi tugas mata
kuliah sistem informasi eksekutif fakultas teknik - UNIPDU.
1.3 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Memahami peranan teknologi informasi pada pt.telkom.
2. Memahami peranan teknologi informasi dalam
manajemen strategic.
3. Memahami pentingnya devisi IT dalam proses
bisnis.
4. Memhami pentinya peran CIO dalam perusahaan.
1.4 Batasan
Masalah
Agar pembahasan
yang dilakukan lebih terarah, maka perlu ditentukan batasan yaitu pembahasan
dalam penelitian ini adalah tentang aplikasi My Indihome. Disini hanya
dijelasakan tentang penggunan aplikasi My Indihome.
1.5 Metodologi
Penelitian
Adapun
langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah :
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah
dengan menggunakan Metode Studi Lapangan (Field
Research),
Metode pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Library Research
Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan data dengan cara membaca
literatur-literatur yang
berhubungan tentang buku/artikel birokrasi
pemerintahan dan
kepegawaian, buku/artikel tentang ilmu pemerintahan serta dokumen-dokumen yang
ada relavansinya dengan
topik yang dibahas dalam
penelitian ini. Data yang diperoleh dari
kepustakaan ini merupakan
data sekunder.
2. Interview
Pada tahap ini dilakukan
proses tanya jawab dengan pihak internal
instansi dalam mengumpulkan data dan informasi mengenai
kebutuhansistem, selain itu dengan orang yang akan bertindak sebagai adminyang
akan mempergunakan sistem.
3. Observasi
Pada tahap ini dilakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek
yang diteliti yaitu data,
baik berasal dari dokumen-dokumen yang
terpakai maupun dari
hasil wawancara yang dilakukan dengan para
pegawai atau pimpinan yang berwenang.
1.5.2
Metode Analisis Sistem Informasi
Analisis
sistem merupakan suatu tahap pemahaman proses yang bertujuan
untuk
mengetahui proses apa saja yang terlibat dalam sistem dan
berhubungan
satu proses dengan proses lainnya. Dari pemahaman proses
tersebut
maka dapat dilakukan suatu evaluasi dan usulan terhadap sistem
yang ada, untuk dikembangkan lebih lanjut.
BAB II
GAMBARAN UMUM
PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
Telkom
Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan
telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group melayani jutaan
pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi
yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak
bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan
internet dan komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di
bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based
managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan
portal lainnya.
Gambar 1. Gambar
logo telkom
2.2 Services
Services menjadi salah satu model bisnis Telkom yang
berorientasi kepada pelanggan. Ini sejalan dengan Customer Portfolio Telkom
kepada pelanggan Personal, Consumer/Home, SME, Enterprise, Wholesale, dan
Internasional.
Sebagai perusahaan
telekomunikasi, Telkom Group terus mengupayakan inovasi di sektor-sektor selain
telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara seluruh produk, layanan dan
solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business. Untuk meningkatkan
business value, pada tahun 2012 Telkom Group mengubah portofolio bisnisnya menjadi
TIMES (Telecommunication, Information, Media Edutainment & Service). Untuk
menjalankan portofolio bisnisnya, Telkom Group memiliki empat anak perusahaan,
yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Selular (Telkomsel), PT. Telekomunikasi
Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT. Daya Mitra
Telekomunikasi (Mitratel).
2.3 Visi dan Misi
Visi
”Be The King of Digital in The Region” dan Misi
“Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization”
2.4 Struktur Organisasi
Gambar 2. Struktur
organisasi pt.telkom
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Teknologi Informasi
Teknologi informasi
mempunyai kontribusi yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan suatu bisnis.
Peningkatan pencapaian dan produktivitas perusahaan akan lebih optimal jika
perusahaan dapat mengontrol dan melakukan inovasi pada proses bisnisnya. Jika
dilihat berdasarkan teorinya, teknologi informasi mempunyai peranan penting
bagi perusahaan dalam melakukan inovasi. Dengan memanfaatkan teknologi
informasi, perusahaan tidak hanya dapat mengontrol dan melakukan inovasi,
bahkan dapat menekan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dalam mengukur,
bereksperimen, berbagi dan mereplikasi informasi pada proses bisnisnya dalam
jangka panjang.
Seperti pada
penggunaan teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan perbankan,
mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi produktivitasnya, terutama dalam
meningkatkan pelayanan. ATM 24 jam yang tersedia, memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi atau mengambil uang kapanpun dan
dimanapun tanpa harus datang langsung dan menunggu antrian di bank.
Perusahaan adalah suatu sistem fisik yang dikelola
dengan menggunakan sistem konseptual. Sistem perusahaan merupakan sistem
lingkaran tertutup dalam arti dikendalikan oleh manajemen, menggunakan umpan
balik untuk mengawasi pelaksanaan agar dapat mencapai suatu tujuan. Perusahaan
juga merupakan suatu sistem terbuka, dalam arti berhubungan dengan
lingkunganya. Sebuah perusahaan mengambil sumber daya dari lingkungannya,
mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan jasa, dan mengembalikan sumber
daya yang telah diubah kepada lingkungannya. Lingkungan merupakan alasan utama
keberadaan perusahaan. Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) muncul karena manajer
tidak puas hanya menghitung apa yang telah terjadi dalam bisnis, mereka ingin
mengendalikan operasi dan merencanakan masa depan. Kebutuhan ini memerlukan
data akuntansi untuk menciptakan informasi yang diperlukan. Laporan
menyampaikan informasi dan model matematika dikembangkan untuk memperkirakan
permintaan produk, mengoptimalkan penggunaan sumber daya manufakatur, serta
menyampaikan produk kekonsumen. Walau istilah sistem informasi manajemen tetap,
sekarang perannya lebih dari sekedar mengoptimalkan operasi. Istilah SIM
terutama digunakan untuk menjelaskan sistem informasi yang membantu para
manajer dalam melaksanakan aktivitas mereka dibandingkan dengan sistem
informasi yang sekedar menjelaskan apa yang telah terjadi. Perusahaan yang
aktivitas operasionalnya masih manual ketika mencoba menggunakan suatu
teknologi komputer untuk pemrosesan data, maka masalah pertama yang dihadapi
adalah besarnya pembiayaan yang harus dikeluarkan. Pembiayaan ini dapat berupa
biaya pembelian hardware, pembangunan sistem, dan penyiapan
infrastruktur, baik sumber daya manusia maupun teknis. Sementara perusahaan
yang sudah memiliki sistem pemrosesan data terkomputerisasi, ketika melakukan
pengembangan sistem informasi akan menghadapi masalah pada aspek fisik dan
non-fisik. Aspek fisik meliputi biaya pengembangan, up grading
hardwaredan penciptaan infrastruktur tertentu, sedangkan aspek non-fisik
meliputi tingkat penerimaan user, dukungan manajemen dan kualitas sistem
informasi.
Penerapan sistem informasi di suatu perusahaan
merupakan salah satu cara dalam memenangkan persaingan yang semakin ketat dan
menjadikan informasi sebagai sumberdaya yang harus dikelola dengan tepat,
sehingga tercipta suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk
mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi penentu pengambilan
keputusan bisnis yang tepat. Penerapan sistem informasi baru juga akan
mengalami masalah yang jika tidak diselesaikan akan menimbulkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pemberdayaan sumber daya potensial. Oleh karena itu,
sebelum melakukan upaya pengembangan dan implementasi, harus dilakukan proses
konsiderasi secara multidimensi terhadap berbagai variabel yang mungkin
berpengaruh terhadap kesuksesan suatu sistem baru.
Selama tahun 1990-an penerapan
komputer yang konservatif mulai memberi jalan bagi kemunculan kembali minat
untuk menerapkan komputer diorganisasi secara keseluruhan. Penjual perangkat
lunak yang ambisius mengembangkan dan mulai memasarkan paket–paket perangkat
lunak standar yang bertujuan memenuhi kebutuhan hampir segala jenis organisasi.
Sistem ini disebut dengan sistem informasi perusahaan, cukup berhasil dengan
cepat sehingga perusahaan–perusahaan yang menggunakan komputer mempertimbangkan
penerapannya. Seperti yang didefinisikan oleh para penjual perangkat lunak awal
, sistem informasi perusahaan enterprise information system adalah suatu sistem
berbasis komputer yang dapat melakukan semua tugas akuntansi standar bagi semua
unit organisasi secara terintegrasi dan terkoordinasi. Sedangkan istilah
enterprise digunakan karena sistem ini mencakup seluruh set proses yang
dilakukan oleh organisasi. Sistem tersebut mengakumulasi seluruh data transaksi
akuntansi dari departemen /bagian manufaktur, pemasaran, keuangan dan
sumberdaya manusia dari berbagai fungsi bisnis lain. Entis menjadi dasar area
bisnis seperti sistem informasi manufaktur, pemasaran, keuangan dan sumberdaya
manusia.
Informasi umum yang diperlukan
manajer mengikuti pola yang mendasar pada sifat kegiatan pada suatu lapisan
manajerial. Sebagian besar sistem informasi unruk manajer lapis terbawah
didasarkan pada kegiatan operasi dan sistem informasilah yang memproses
transaksi kegiatan di dalam organisasi, inilah yang dikenal dengan perancangan
dari bawah ke atas (bottom-up design). Sistem pemrosesan transaksi dan sistem
informasi lapis terbawah biasanya dikembangkan dengan cara saling berhubungan.
Yang lebih penting bagi para manajer daripada pengetahuan tentang teknologi
komputer adalah pengetahuan tentang sistem informasi yakni sistem yang
diciptakan para analis dan manajer guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang
sangat esensial bagi berfungsinya organisasi.
Sistem informasi untuk
manajemen puncak harus memiliki fokus eksternal dan berorientasi pada masa
depan. Oleh sebab itu sistem informasi perencanaan harus dikaitkan dengan
keperluan manajemen puncak artinya bahwa mereka harus dikembangkan lebih bebas
(tidak berkaitan) dari sistem pemrosesan transaksi dan sistem pengendalian
operasi. Syarat utama dari perancang sistem perencanaan pada manajerial puncak
adalah pengetahuan tentang proses manajemen dan perencanaan pada lapis manajer
senior dan memiliki pengetahuan tentang sistem informasi dan perancangannya.
Perancang sistem lapis
terbawah harus memiliki ketrampilan teknis sistem informasi kuat dalam
pengetahuan tentang kegiatan operasinya. Pada lapis manajemen madya perancangan
sistem sangat dipengaruhi baik oleh sistem informasi puncak maupun sistem
pengendalian dari bawah. Sistem informasi perencanaan yang dirancang untuk
manajemen puncak harus dapat diperluas ke bawah guna memberikan uraian
informasi perencanaan kepada lapis manajemen madya, yang lebih jauh diuraikan
untuk memberikan informasi perencanaan yang diperlukan oleh manajer lapis
terbawah. Sistem informasi lapis terbawah yang banyak berurusan dengan
informasi internal tentang masa lalu dan masa kini, harus mampu memberikan
ringkasan informasi untuk melayani keperluan manajemen dalam rangaka
pengendalian kegiatan manajemen. Pada manajemen madya, informasi pengendalian
kemudian lebih jauh diringkaskan untuk melayani keperluan informasi manajemen
puncak guna pelaksanaan evaluasi keseluruhan dan peninjauan kembali atas
kegiatan operasi. Pada lapis manajemen puncak, informasi dari luar sangat
berharga bagi pelaksanaan evaluasi keseluruhan dan peninjuan kembali atas kegiatan
operasi.
Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Sistem Informasi Pada Perusahaan.
O’Brien dan Marakas (2009)
menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sukses atau tidaknya
suatu organisasi/perusahaan dalam menerapkan sistem informasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesukesan penerapan sistem informasi, antara lain adanya
dukungan dari manajemen eksekutif, keterlibatan end user (pemakai akhir), penggunaan kebutuhan
perusahaan yang jelas, perencanaan yang matang, dan harapan perusahaan yang
nyata. Sementara alasan kegagalan penerapan sistem informasi antara lain
karena kurangnya dukungan manajemen eksekutif dan input dari end-user, pernyataan kebutuhan dan
spesifikasi yang tidak lengkap dan selalu berubah-ubah, serta inkompetensi
secara teknologi. Yang diuraikan sebagai berikut :
1. Kurangnya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen.
Persetujuan dari semua level
manajemen terhadap suatu proyek sistem informasi membuat proyek tersebut akan
dipersepsikan positif oleh pengguna dan staf pelayanan teknis informasi.
Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap waktu dan
tenaga yang telah dicurahkan pada proyek tersebut, dukungan bahwa proyek akan
menerima cukup dana, serta berbagai perubahan organisasi yang diperlukan.
Dengan demikian, kurangnya komitmen eksekutif puncak untuk terlibat lebih jauh
dalam proyek mengakibatkan penerapan sistem informasi perusahaan menjadi
sia-sia.
Keterlibatan eksekutif dalam
pengembangan sistem informasi di perusahaan juga menentukan kesuksesan proses
sosialisasi sistem informasi. Proses sosialisasi sistem informasi yang baru
merupakan proses perubahan organisasional. Kebanyakan orang dalam organisasi
akan bertahan, karena perubahan mengandung ketidakpastian dan ancaman bagi
posisi dan peran mereka. Akan tetapi, proses perubahan organisasional ini
diperlukan untuk manajemen perubahan selama proses sosialisasi sistem informasi
baru. Beberapa resiko dan konsekuensi manajemen yang tidak tepat dalam
pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut.
- Biaya yang berlebih-lebihan
sehingga melampaui anggaran.
- Melampaui waktu yang telah
diperkirakan.
- Kelemahan teknis yang berakibat
pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan.
- Gagal dalam memperoleh manfaat
yang diperkirakan.
2. Kurangnya keterlibatan atau input dari end user (pemakai
akhir).
Sikap positif dari
pengguna terhadap sistem informasi akan sangat mendukung berhasil atau tidaknya
penerapan sistem informasi. Sikap positif dalam bentuk dukungan dan
kompetensi dari user, serta hubungan yang baik antara user dengan
teknisi merupakan faktor sikap yang menguntungkan (favorable attitudes)
dan sangat penting bagi berhasilnya penerapan sistem informasi. Sikap
positif menentukan tindakan, dan akan berkaitan dengan tingkat penggunaan
yang tinggi (high levels of use) serta kepuasan (satisfaction) terhadap
sistem tersebut. Disamping itu, keterlibatan pengguna
dalam desain dan operasi
sistem informasi memiliki beberapa hasil yang positif. Pertama, jika pengguna
terlibat secara mendalam dalam desain sistem, ia akan memiliki kesempatan
untuk mengadopsi sistem menurut prioritas dan
kebutuhan
bisnis, dan lebih banyak kesempatan untuk mengontrol hasil. Kedua,
pengguna cenderung untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena mereka
merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu
sendiri. Kesenjangan komunikasi
antara pengguna dan perancang sistem informasi terjadi karena pengguna
dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan dalam latar
belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering
dikatakan sebagai kesenjangan
komunikasi antara pengguna dan desainer (user-designer
communication gap).
3. Tidak Memiliki Perencanaan Memadai.
Pengembangan
dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung dengan perencanaan yang
matang tidak akan mampu menjembatani keinginan dan kepentingan berbagai pihak
di perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem yang dijalankan
tidak sesuai dengan arah dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
yang tidak memiliki kompetensi inti dalam bidang teknologi informasi sebaiknya
menjadi tidak memaksakan untuk menjadi leader dalam investasi
teknologi informasi.
Sebagian
besar penyedia jasa teknologi informasi kurang sensitif terhadap
manajemen perusahaan, tetapi hanya fokus pada tools yang akan
dikembangkan. Kelemahan inilah yang mengharuskan perusahaan untuk
mengidentifikasi secara jelas kebutuhan dan spesifikasi sistem informasi yang
akan diterapkan berikut manfaatnya terhadap perusahaan. Kemauan perusahaan
dalam merancang penerapan sistem informasi berdasarkan
sumberdaya
yang dimiliki diyakini dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
4. Inkompetensi secara
Teknologi
Kesuksesan pengembangan sistem informasi tidak hanya bergantung
pada penggunaan alat atau teknologinya saja, tetapi juga manusia sebagai perancang
dan penggunanya. Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Murdaningsih
(2009) berpendapat bahwa perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi
tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku
dan organisasional. Sekitar 30 persen kegagalan pengembangan sistem informasi
baru diakibatkan kurangnya perhatian pada aspek organisasional. Oleh karena
itu, pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan dan
implementasi yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem
yang dikembangkan (resistance to change). Sistem informasi harus
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna. Kompleksitas
sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan menjadi kontraproduktif
jika tidak didukung oleh kesiapan sumber daya manusia dalam tahapan
implementasinya. Hal ini sering terjadi terutama pada perusahaan yang
pengetahuan teknologi informasinya rendah. Jika pengembangan sistem informasi
diserahkan pada orang-orang yang kurang berkompeten dibidangnya maka akan
berakibat fatal bagi perusahaan ketika sistem tersebut telah
diterapkan.Pengembangan sistem informasi sebagai salah satu sarana pencapaian
tujuan perusahaan, sehingga keduanya harus relevan, serta perlu disiapkan
dengan baik dan matang. Selain itu, perusahaan harus memiliki harapan yang
nyata, yaitu yang ingin dicapai dan berusaha dalam meraihnya, sehingga
efektivitas dari pengembangan atau penerapan sistem informasi dapat terjadi.
Tingkat- tingkat kemampuan pemakai akhir dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Pemakai akhir tingkat menu (Menu
level end user)
Pada tingkat ini pemakai hanya mampu berkomunikasi dengan
perangkat lunak jadi dengan menggunakan menu-menu yang ditampilkan oleg
perangkat lunak berbasis Window dan mac.
2. Pemakai akhir tingkat perintah
(command level end user)
Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan perangkat lunak jadi
yang lebih sekedar memilih menu (dapat menggunakan bahasa perintah dari
perangkat lunak untuk melaksanakan operasi aritmatika dan logika pada data)
3. Pemakai akhir (End user
programmers)
Pada tingkat ini pemakai mampu menggunakan bahasa-bahasa
pemograman.
3.2 Penggunaan Aplikasi MyIndihome
My IndiHome adalah aplikasi yang digunakan untuk
registrasi IndiHome, aktivasi OTT TV, registrasi berbagai macam fitur tambahan,
melaporkan gangguan layanan IndiHome, cek tagihan, cek point reward, info
pemakaian, juga menyediakan layanan free music, free movie dan layanan menarik
lainnya. My IndiHome, mudah, nyaman, dan pasti, bisa dilakukan di mana saja dan
kapan saja.
Keunggulan registrasi IndiHome melalui My
IndiHome:
- Check Service Availability : men-cek ketersediaan jaringan
IndiHome Fiber secara praktis dan pasti.
- Self Registration : registrasi IndiHome mudah dan nyaman, dimana
saja dan kapan saja.
- Order Tracking : manajemen janji dengan teknisi secara pasti dan
transparan.
Aplikasi My IndiHome dapat digunakan untuk
melaporkan gangguan layanan IndiHome:
- Terintegrasi langsung dengan nomor IndiHome yang telah didaftarkan.
- Progres penyelesaian gangguan dapat terpantau dengan mudah dan
pasti.
My IndiHome memiliki beragam fitur :
- Fitur pengecekan tagihan serta membayar tagihan.
- Info bonus telepon dan pemakaian internet.
- Layanan free music dan free movie
- Poin Reward
3.3 Panduan Penggunaan Aplikasi My Indihome
3.3.1 Panduan registrasi indihome
3.3.2 panduan lapor gangguan
3.3.3 panduan cek tagihan
3.3.4 info dan bonus pemakaian
3.3.5 panduan point reward
3.3.6 info layanan tambahan
3.4 Pendekatan Teknologi Informasi
Pengukuran (Measurement)
Teknologi
informasi dapat digunakan untuk mengukur apa yang perusahaan telah lakukan.
Dimana informasi yang dihasilkan dapat digunakan oleh perusahaan agar dapat
memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang pelanggan, proses bisnis, kualitas
produk, dan kelemahan-kelemahan dalam rantai pasokannya.
Uji
Coba (Experimentation)
Keuntungan
dari uji coba yang menggunakan teknologi informasi adalah perusahaan bisa
mendapatkan sebuah hubungan sebab akibat (causality) yang
tidak bisa ditemukan dengan hanya melakukan pengukuran dan observasi murni.
Sehingga perusahaan dapat memiliki pengetahuan untuk segera ditindaklanjuti
tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnisnya dan melihat
perbedaan-perbedaan dari inovasi yang telah dilakukannya.
Berbagi (Sharing)
Perusahaan
kini tidak hanya dapat berbagi data, tapi juga berbagi wawasan. Inovasi dalam
berbagi dibutuhkan oleh perusahaan agar lebih efektif dalam berbagi informasi.
Internet dan teknologi informasi yang dirancang secara unik untuk memenuhi
kebutuhan dalam berbagi dapat memudahkan perusahaan, sehingga setiap orang
tidak harus selalu bertatap muka dan menggunakan printer atau kertas secara
berlebihan dalam berbagi informasi.
Replikasi (Replication)
Teknologi
informasi akan membuatnya menjadi jauh lebih mudah untuk mereplikasi(measurement, experimentation, sharing), membantu
perusahaan dalam menemukan dan berbagi, tapi kemudian teknologi informasi
memungkinkan untuk mengambil, meningkatkan proses bisnis tersebut dan
menyalinnya berkali-kali.
3.5 Peranan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan
seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan
satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan
teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara
global.
Terdapat tiga
sasaran utama dari upaya penerapan Teknologi Informasi dan
Sistem Informasi dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efisiensi kerja
dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informasi. Kedua,
meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan informasi guna
pengambilan keputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan
keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis (Ward
and Peppard, 2002).
Sering ditemukan
bahwa penerapan Teknologi Informasi kurang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun
peningkatan daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI/TI
yang hanya berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk
mendapatkan manfaat strategis dari penerapanTeknologi Informasi adalah
dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui
analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta
mempertimbangkanTeknologi Informasi sebagai bagian solusi (Earl,
1992).
Perencanaan
strategis Teknologi Informasi mempelajari pengaruh Teknologi
Informasiterhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi dalam
memilih langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan strategis Teknologi
Informasi juga menjelaskan berbagai tools, teknik, dan kerangka kerja
bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi Teknologi Informasidengan
strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi
yang inovatif (Ward & Peppard, 2002).
Beberapa
karakteristik dari perencanaan strategis Teknologi Informasi antara
lain adalah adanya misi utama : keunggulan strategis atau kompetitif dan
kaitannya dengan strategi bisnis; adanya arahan dari eksekutif atau manajemen
senior dan pengguna; serta pendekatan utama berupa inovasi pengguna dan
kombinasi pengembangan bottom up dan analisa top down (Pant & Hsu, 1995).
Bagi beberapa
perusahaan, sebuah strategi IT tidak selalu pada kasus yang formal. Walaupun
dinamakan perencanaan Sistem Informasi (IS) “Strategic”, arsitektur
aplikasi, data, teknologi dan proses manajemen IS, yang terdiri dari standar
pengembangan dan pelaporan, semuanya disajikan dengan rencana, proses dan
kebutuhan dari bisnis yang ada saat ini. Tidak ada acuan atau philosofi untuk
kegunaan teknologi di perusahaan dan tidak terkesan adanya aturan yang
signifikan dalam menentukan strategi mana yang lebih efektif, menguntungkan dan
dapat dikerjakan dengan mudah.
Dalam lingkungan
konvensional, hubungan antara strategi kompetitif perusahaan dan manfaat
penggunaan IT dikembangkan melalui beberapa lapisan; dari perencanaan, analisa
dan perancangan. Dapat dipahami bila pada ligkungan sseperti ini IT memiliki
pengaruh yang kecil terhadap strategi kompetitif perusahaan. Sejalan dengan
semakin luasnya pemanfaatan IT di lingkungan bisnis, semakin terlihat tidak ada
lagi pemisahan antara IT dan Strategi kompetitif perusahaan, karena semua
strategi kompetitif harus memiliki IT sama halnya dengan memiliki marketing,
produsen dan keuangan.
Strategi IT membantu
manager untuk mendefinisikan batasan pembuatan keputusan untuk tindakan
berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat dalam menentukan tindakan untuk
dirinya sendiri. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara Strategi IT dan
perencanaan IT. Strategi IT merupakan kumpulan prioritas yang menguasai
pembuatan keputusan bagi user dan proses data profesional. Hal itu merupakan
bentuk aturan framework untuk kegunaan IT dalam perusahaan, dan menjelaskan
bagaimana seorang eksekutif senior pada perusahaan akan berhubungan pada
infrastruktur IT. Perencanaan IT pada hal lain, memfokuskan pada pelaksanaan dari Strategi
IT.
Perencanaan Strategis
Sistem Informasi diperlukan agar sebuah organisasi dapat mengenali target
terbaik untuk melakukan pembelian dan penerapan sistem informasi manajemen dan
menolong untuk memaksimalkan hasil dari investasi pada bidang teknologi
informasi. Sebuah sistem informasi yang dibuat berdasarkan Perancangan
Startegis Sistem Informasi yang baik, akan membantu sebuah organisasi dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnisnya dan merealisasikan
pencapian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi
informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk meningkatkan performa bisnis.
Strategi TI diperlukan untuk :
• Pengetahuan
mengenai teknologi baru
• Dilibatkan dalam
perencanaan taktis dan strategis
• Dibahas dalam
diskusi perusahaan
• Memahami kelebihan
dan kekurangan teknologi
Dengan semakin
berkembangnya peranan teknologi informasi dalam dunia bisnis, maka menuntut
manajemen SI/TI untuk menghasilkan Sistem Informasi yang layak dan mendukung
kegiatan bisnis. Untuk itu, dituntut sebuah perubahan dalam bidang manajemen SI/TI.
Perubahan yang terjadi adalah dengan diterapkannya Perancangan Strategis Sistem
Informasi untuk memenuhi tuntutan menghasilkan SI yang mendukung kegiatan
bisnis suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia bisnis,
peningkatan Perencanaan Strategis Sistem Informasi menjadi tantangan serius
bagi pihak manajemen SI/TI.
SI/TI sebagai Enabler,
Organisasi/perusahaan dituntut untuk mengaplikasikan teknologi bukan hanya
untuk menjaga eksistensi bisnisnya melainkan juga untuk menciptakan peluang
dalam persaingan. Pemahaman mengenai peran pengembangan teknologi dan
sistem informasi diperlukan untuk mengelola teknologi dan sistem informasi
dalam organisasi itu sendiri.
IT mendukung perusahaan/organisasi
di level
• Strategik
Relevan dengan target pencapaian jangka panjang dan bisnis secara
keseluruhan
• Taktis
Diperlukan untuk mencapai rencana dan tujuan strategis dalam rangka
melakukan perubahan menuju sukses
• Operasional
Proses dan aksi yang harus dilakukan sehari-hari untuk menjaga kinerja
3.6 Peranan CIO Dalam Perusahaan
Chief Information Officer (CIO)
adalah jabatan untuk kepala teknologi informasi dalam sebuah organisasi. CIO
biasanya melaporkan ke salah satu kepala keuangan atau, dalam TI yang berpusat
pada organisasi, untuk kepala eksekutif.
Chief
Information Officer (CIO) adalah jabatan umum diberikan kepada orang
di suatu perusahaan bertanggung jawab untuk teknologi informasi dan sistem
komputer yang mendukung tujuan perusahaan. Sebagai teknologi informasi dan
sistem menjadi lebih penting, CIO telah datang untuk dilihat di banyak
organisasi sebagai kontributor kunci dalam merumuskan tujuan strategis.
Biasanya, CIO dalam keputusan perusahaan besar delegasi teknis kepada karyawan
lebih akrab dengan rincian. Biasanya, seorang CIO mengusulkan teknologi
informasi suatu perusahaan perlu untuk mencapai tujuannya dan kemudian bekerja
dalam anggaran untuk melaksanakan rencana tersebut. Biasanya, seorang CIO
terlibat dengan menganalisis dan proses pengerjaan ulang bisnis yang ada,
dengan mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk menggunakan alat-alat
baru, dengan membentuk kembali infrastruktur fisik perusahaan dan akses
jaringan, dan dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi sumber-sumber
pengetahuan perusahaan. Banyak CIO menuju upaya perusahaan untuk
mengintegrasikan Internet dan World Wide Web ke kedua strategi jangka panjang
dan rencana segera bisnis.
Keunggulan posisi CIO telah meningkat sangat sebagai teknologi
informasi telah menjadi bagian yang lebih penting dari bisnis. CIO dapat
menjadi anggota dari dewan eksekutif organisasi. Sementara pekerjaan CIO judul
dimulai di Amerika Serikat, secara perlahan menggantikan Direktur TI sebagai
judul TI eksekutif senior di Eropa dan Asia.
Meskipun tidak ada kualifikasi khusus yang khas dari CIO pada
umumnya, secara historis banyak CIO memiliki gelar dalam ilmu komputer,
rekayasa perangkat lunak, atau sistem informasi. CIO semakin mendapatkan gelar
MBA untuk memperkuat bisnis mereka keterampilan manajemen. Baru-baru
kepemimpinan CIO 'kemampuan, ketajaman bisnis dan perspektif strategis telah
mengambil diutamakan daripada keterampilan teknis. Sekarang sangat umum bagi
CIO untuk diangkat dari sisi bisnis organisasi, terutama jika mereka memiliki
keterampilan manajemen proyek.
Peran CIO juga kadang-kadang digunakan secara bergantian dengan
Chief Technology Officer (CTO) peran, meskipun mereka mungkin sedikit berbeda.
Ketika kedua posisi yang hadir dalam sebuah organisasi, CIO umum bertanggung
jawab untuk proses dan praktik yang mendukung arus informasi, sedangkan CTO
umum bertanggung jawab untuk infrastruktur teknologi.
Pentingnya teknologi memperkuat peran CIO dalam perusahaan. Para CIO diharapkan
dapat mendapatkan data dan insight dengan memanfaatkan teknologi sehingga bisa
memberi sumbangsih pada pengembangan bisnis perusahaan. Dengan tuntutan ini,
CIO menjadi sangat berpengaruh pada keputusan yang diambil dalam sebuah
perusahaan.
Seiring
perubahan yang terjadi pada posisi CIO, maka ada perubahan peran juga dalam
pekerjaannya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pada penyederhanaan.
Lebih dari 80 persen CIO (86 persen ASEAN dan 94 persen global) mengatakan
bahwa mereka berencana untuk menyederhanan proses internal. Hal lainnya, para
CIO juga berusaha mendekatkan diri dengan pelanggan.
Penelitian
IBM mendeskripsikan 4 macam mandat CIO yakni memanfaatkan, memperluas,
mentransformasikan dan mempelopori. Di tingkat ASEAN, mandat memperluas adalah
yang dominan di sebanyak 10 dari 18 industri. CIO dengan mandat memperluas yang
berferforma tinggi memandang pentingnya komunikasi dan kolaborasi internal
serta integrasi bisnis dan teknologi.
Sementara
itu, mandat memanfaatkan di ASEAN dijumpai di lembaga pemerintahan, otomotif
dan produk konsumer. Mandat mentransformasikan banyak dijumpai di lembaga
keuangan ASEAN. Mandat mempelopori di ASEAN umumnya dijumpai pada industri
pasar uang, kesehatan serta telekomunikasi.
Gambar 4 : gambar CIO
Menurut Price Waterhouse Coopers2) tentang peran CIO
pada tahun 1990-an, hubungan CIO dengan teknologi adalah sebesar 76%,
sedangkang tahun 2000-an menjadi 20% dan bahkan berubah menjadi mitra strategis
CEO dalam memberi dukungan solusi strategis organisasi.
Survei global IBM yang melibatkan lebih dari 170 CIO
perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia lewat suatu survey yang berjudul IBM
CIO Leadership Forum Survey menunjukkan bahwa :
Kurang lebih sekitar 84% CIO percaya bahwa TI secara signifikan akan mengubah
industri
Kurang lebih 16% dari CIO yang mengakui bahwa perusahaan mereka sudah
sepenuhnya memanfaatkan TI.
Dalam studi IBM yang lain, IBM Global CEO Study, telah
dilakukan riset komprehensif terhadap 750 Chief Executive Officers (CEO) dengan
hasil :
- 80% di antara CEO memandang Integrasi bisnis dan
teknologi sebagai hal yang sangat penting.
- 45% dari para CEO dari angka di atas sudah
mengintegrasikan kedua unsur tersebut secara luas di dalam perusahaan mereka.
Menurut para CEO yang telah mengintegrasikan bisnis
dan teknologi, mengatakan bahwa perusahaan mereka telah mengalami peningkatan
pendapatan 3 kali lipat lebih sering dari perusahaan-perusahaan yang kurang
terintegrasi. Kelompok CEO ini juga mengaku dapat meraih pendapatan 5% lebih
cepat dari pesaing-pesaingnya
Menurut Julianto Sudarto, Country Managing Director
Accenture, penelitian terhadap CIO atau CTO tentang peran mereka dalam
pengembangan teknologi informasi (TI), termasuk urusan belanja dan
pengelolaannya menunjukkan 60% dari mereka telah diberi tanggung jawab
menentukan kepentingan bisnis perusahaan.
Lembaga Riset Accenture telah melakukan penelitian
terhadap 48 CIO dan CTO di Malaysia, Singapura dan Indonesia – yang merupakan
bagian dari penelitian global Accenture terhadap 500 CIO dari perusahaan publik
maupun swasta di 22 negara.
Menurut Julianto Sudarto, Country Managing Director
Accenture, hasil penelitian terhadap CIO atau CTO tentang peran mereka dalam
pengembangan teknologi informasi (TI), termasuk urusan belanja dan
pengelolaannya menunjukkan :
· 60% dari mereka telah diberi tanggung jawab
menentukan kepentingan bisnis perusahaan.
Belanja TI di Indonesia mayoritas ditentukan divisi TI (50%), Singapura 12% dan
Malaysia 27%. Sementara itu, arahan kantor pusat hanya 21% — ini pun bila ada
penyelarasan program yang bersifat global.
Untuk perubahan infrastruktur yang dominan dan alih daya infrastruktur, CIO di
Singapura lebih berperan ketimbang CEO-nya (masing-masing 94%), sementara di
Malaysia 80% dan Indonesia Hanya 77% dan 71%.
Untuk keputusan aplikasi (upgrade, perubahan atau alih daya), Persentase
keterlibatan CIO Indonesia berkisar 31%-57%, sedangkan di Singapura 50%-94%.
Hasil survei Lynda Applegate, Profesor di Harvard
Business School tentang aktivitas kerja yang dilakukan seorang CIO dalam bekerja,
menunjukkan bahwa kegiatan utama CIO adalah Strategi perusahaan, SDM dan
Operasi. Hasil survei tersebut adalah sebagai berikut :
Bila dilihat pada gambar 1-Aktifitas CIO, faktor
teknis TI hanya 19% dari total 100%. Hal ini menunjukkan faktor teknis tidak
memberikan kontribusi yang sangat berarti, karena faktor strategi (27%), SDM
(17%), Operasi (13%) dan sebagainya justru lebih diutamakan. Dari hasil survei
di atas dapat terlihat alasan utama mengapa CEO cenderung menyukai CIO berlatar
belakang non TI. CEO akan lebih mudah berkomunikasi dengan CIO yang bersifat
“business managers” daripada “technical managers”. Sehingga, pengetahuan bisnis
dan manajemen yang memadailah yang lebih diperlukan dalam kriteria pemilihan
CIO.
Kasus fraud yang menimpa Enron, WorldCom,
Philadelphia, Tyco menyadarkan kalangan bisnis di AS tentang pentingnya IT
Governance. Bahkan dibuatlah the Sarbanes-Oxley Act di tahun 2002 untuk
mengembalikan keyakinan para stakeholder. SOA mewajibkan eksekutif perusahaan
menyatakan pertanggung-jawaban mereka dalam membangun, mengevaluasi dan
memonitor keefektifan sistem pengendalian intern dimana fungsi IT menjadi
sangat krusial untuk memenuhi persyaratan tersebut. Akibat dari SOA tersebut :
- Belanja IT di seluruh dunia naik dengan pertumbuhan
5% atau US$916 milyar di tahun 2004 (IDC, 2005), Lebih dari US$ 3,1 triliun
pada 2006 dan diperkirakan meningkat di tahun 2007.
- Khusus belanja IT di Asia Pasifik, ternyata
pembelanjaan TI (11%/tahun) melampaui kawasan lain di dunia.
- India dan Cina berada di jajaran terdepan dari
pembelanjaan ini (tumbuh 40% dan 20% per tahun).
- Kawasan Asia Tenggara tumbuh dua digit.
Kasus Enron tersebut diatasi dengan IT Governance,
salah satunya dengan GCG – Good Corporate Governance. GCG dapat mengatasi teori
keagenan di dalam bisnis dengan cara penggunaan perangkat-perangkat IT.Teori
keagenan di dasarkan pada 3 asumsi yaitu :
Asumsi sifat manusia , Asumsi keorganisasian dan Asumsi informasi.
Asumsi Informsai menekankan bahwa informasi sebagai
barang komoditi yang dapat diperjual belikan. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi dan membanjirnya informasi, maka kegiatan bisnis menjadi semakin
kompleks. Hal ini disebabkan semakin dekatnya “jarak” antara pelaku bisnis,
boleh dikata dalam hitungan detik para pelaku bisnis dapat saling berhubungan
dalam bentuk apapun. Ada 3 faktor utama yang menyebabkan perubahan-perubahan
mendasar pada kegiatan ekonomi :
Teknologi
Kemajuan-kemajuan Hardware di dunia komputer, di dunia
telekomunikasi, dan trend bergabungnya teknologi-teknologi tersebut dan
teknologi lainnya dengan tujuan menyediakan Layanan Universal, Personal dan
dengan kemampuan mobilitas. “ Kapan pun, di mananpun, layanan apapun”. Hal ini
tidak lepas dari teori keagenan di atas.
Pasar. Akibat dari kemajuan teknologi, terjadi juga perubahan-perubahan di sisi
Market. Perubahan dari Kekuatan kustomer yang ingin Layanan apapun, Kapan pun,
dan di manapun membawa perubahan pula di sisi Vendor. Munculnya real time
operation, JIT, TQM, CRM semuanya tidak lepas dari persaingan vendor untuk
menyediakan Layanan bagi kustomer. Bakan vendor bisa jadi harus merubah
strategi perusahaannya, proses bisnis dan manajemennya.
Regulasi. Perubahan teknologi dan pasar, membuat pemerintah perlu membuat
aturan-aturan baru. Perubahan teknologi yang menyebabkan perubahan perilaku
bisnis, harus di atur dengan aturan-aturan baru. Dampak langsung yang timbul
dari sebab-sebab di atas dapat kita rasakan secara langsung, antara lain :
Interaksi yang intens dengan vendor dan konsumer
Perubahan Managemen dan Teknologi
Perubahan Atitude para eksekutif dan stakeholder
Peran CIO
Disinilah CIO dituntut perannya. CIO harus bisa
membuat suatu perusahaan mendapat profit margin yang besar akibat adanya
perubaha-perubahan teknologi, pasar dan regulasi yang membawa dampak perubahan
perilaku bisnis.
Menurut Indra Utoyo, Direktur Teknologi Informasi/CIO
PT Telkom Tbk, CIO memiliki peran dalam mengeliminasi kompleksitas dengan
memilih teknologi yang bisa mendukung sasaran kegiatan bisnis. Dan hal itu
dimulai dari praktek-praktek manajemen, bukan dari teknologinya.
Menurut Presiden Direktur IBM Indonesia Betti
Alisjahbana, peran CIO sekarang adalah menjadi TI pemberdaya dan katalis
inovasi. Tujuannya adalah untuk menentukan arah bisnis strategis dan menawarkan
ide-ide baru serta menyejajarkan TI sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat
bisnis. Jadi, peran CIO berubah dari business support menjadi business
enabler3)
Tugas CIO :
Munculnya tugas dan wewenang CIO di bidang strategis dan semakin meningkatnya
peran tersebut. CIO harus mengenali pengaruh TIK terhadap organisasi,
menentukan arah / strategi TIK yang menjamin adanya keselarasan antara strategi
bisnis dan strategi TIK
Antisipasi perubahan teknologi, market dan regulasi.
Kemampuan mengenali perkembangan, potensi teknologi
dan bisnis TIK dalam konteks pemanfaatan peluang bagi organisasi dan
transformasi organisasi dan perlu menekankan kepada pelaku organisasi tentang
pentingnya era web-based services dibandingkan kemajuan teknologinya sendiri
CIO bertugas mengorganisasikan dan melindungi asset-aset TI perusahaan
Menentukan dan menjamin tatakelola TIK yang benar dan
baik dalam organisasi sehingga dinamika organisasi selalu menuju pada
tujuannya.
CIO bertugas sebagai visioner yang memimpin dan mengendalikan strategi perusahaaan.
Merumuskan visi dan misi; menterjemahkannya menjadi
tujuan organisasi; kemudian menjalankan dan memimpin organisasi TIK untuk
mencapai hasil-hasil sesuai visi, misi dan tujuan organisasi
CIO menjadi leader dalam pengukuran dan pengembangan new computing.
Mendemonstrasikan dan melakukan pengukuran nilai dari
TIK, secara proaktif mengatur performansi berdasarkan hasil yang didapatkan.
CIO bertugas untuk menjembatani Gagap teknologi
Mendistribusikan teknik baru hasil pengembangan, alat
dan pendekatan yang dilakukan
Persyaratan CIO
Untuk menjadi CIO, orang harus memenuhi persyaratan
CIO, antara lain:
Figur CIO adalah yang memiliki kemampuan bisnis
Kebutuhan perusahaan terhadap figur CIO mengalami
pergeseran. Rata-rata figur CIO yang dicari adalah yang memenuhi persyaratan
dan kompetensi yang lebih tinggi, serta memenuhi kriteria business people,
bukan techno people. Bahkan banyak perusahaan saat ini yang mencari CIO yang
memiliki latar belakang keuangan. Oleh karena itu CIO harus mempunyai
kompetensi
kepemimpinan bisnis seperti negosiasi, hubungan dengan pelanggan, kontrak,
kemampuan tentang manajemen perubahan karena perubahan yang cepat di bidang
teknologi, market dan regulasi.
Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
Pada ummumnya Profesional TI suka akan informasi
terbaru dari teknologi terbaru. Sehingga lebih banyak berinteraksi dengan mesin
daripada dengan manusia lain. Atau biasa disebut “technologist” yang pendiam
dan tertutup dalam hubungan sosial tetapi cenderung kompleks, detil dan komplit
saat bicara tentang bidang yang memang disukainya.
Berbeda dengan pola komunikasi seorang “businessman”
yang lebih generalis dan menyukai solusi yang sederhana, sering bermetafora
dalam negosiasi dan lobi.
Pengetahuan manajemen yang bagus
CIO juga harus “mengerti” seluk beluk bisnis dan
manajemen, mengerti arti investasi dan menerjemahkannya dalam bentuk hitungan
finansial bisnis (misalnya ROI, Cashflow, NPV), dapat menjalankan fungsi
manajemen lintas departemen, dan menciptakan value bagi peningkatan revenue perusahaan
melalui TI dengan strategi bisnis yang tepat. Dengan demikian CIO harus
memiliki kompetensi di bidang manajemen teknologi informasi, perencanaan
strategis teknologi informasi, manajemen proyek teknologi informasi
MempunyaiSoft-skills dan Hard-skill yang bagus
CIO harus mempunyai kompetensi di bidang teknis yaitu
kompetensi penguasaan teknologi informasi. Sepuluh hal-hal dasar yang
diinginkan dari seorang CIO di Indonesia adalah kemampuan soft-skill dan
hard-skill.
· Soft skill :
Kemauan belajar hal baru, Jujur, Kreatif/inovatif,
Bahasa Inggris, Disiplin, Kemampuan analisis, Kemampuan bekerja dalam tim,
Ketrampilan interpersonal, Komunikasi lisan, Problem solving skills
· Hard-skills
Keamanan jaringan (networking security), Algoritma,
Perancangan basisdata, Struktur data, Administrasi jaringan, Ketrampilan
terkait dengan hardware, Metode pengembangan system informasi, Object oriented
analysis/ design/ programming, SQL, TCP/IP
Problematika yang dihadapi CIO
Dalam pekerjaanny, seorang CIO akan menghadapi banyak
masalah. Masalah-maslah yang sering dihadapi8) antara lain :
Rank Issue
1 IT and Business Aligment
2 Attracting, developing, retaining IT Professional
3 Security and Privay
4 IT Strategic Planning
5 Speed and Agility
6 Government Regulation
7 Complexity reduction
8 Measuring the performance of the IT Organization
9 Creating an information Architecture
10 IT Governance
Peranan CIO di PT.xxx
Berdasarkan 3 kelompok perubahan yaitu teknologi,
market dan regulasi, maka CIO-nya dituntut untuk :
Menguasi kemajuan di bidang teknologi.
Perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi dengan
munculnya teknologi-teknologi seperti GPRS, CDMA-200, cdma-2000 EV-DO, 3G,
WiMax, dll sangat perlu di antisipasi dan katalog-kan. Saat ini bisnis yang
diterjuni adalah :
Teknolgi Akses Radio GSM, 2.5G, 3G dan 3,5G
Teknologi Akses Radio cdma2000, cdma2000 EV-DV dan cdma 2000 EV-DO
Teknologi Akses OAN, MS-OAN
Teknologi Transport SDH Optik, NGN SDH
Teknologi Transport SDH dan PDH Radio
Teknologi Next Generation Network
Teknologi Civil, Mechanical, Electrical seperti Tower, Shelter dan Gedung,
Genset
Teknologi Akses berbasis IP Pre-Wimax, Wimax
Menguasai pemahamam tentang Market
Perubahan teknologi dan kemajuan industri menyebabkan
globlasisasi sehingga terbuka peluang bagi vendor-vendor di luar masuk ke
Indonesia beserta teknologinya. Hal ini memang tidak bisa dibendung. Sehingga
perusahaan harus mengubah strategi-nya.
Salah satu contoh perubahan strategi ini sudah dialami
oleh perusahaan telekomunikasi asal Amerika, yaitu Motorola. Motorola melakukan
produksi di China agar memperoleh harga produk yang murah dan dekat dengan
pasar Asia.
Sebagai contoh persaingan adalah :
· Produk dari China ZTE untuk CDMA, OAN, MS-OAN dan
Aksesories
· Produk dari China Huawei untuk CDMA, OAN, MS-OAN dan
Aksesories
· Produk dari Taiwan Repeater seperti Comba
· Produk dari Korea untuk CDMA, Transmisi dan
Aksesories
· Produk-produk dari Eropa Untuk GSM seperti Nokia,
Siemen, Ericsson, Motorola
Perubahan Strategi ini harus di dukung dengan informasi-informasi
bisnis dan juga teknologi yang tepat. Selain munculnya producen-produsen dari
asia, munculnya operator-operator baru memunculkan pula pola bisnis baru.
Operador Baru dengan dana yang tidak terlalu besar, harus bersaing dengan
operador-operator lama yang sudah melampui Break Event Point. Dengan coverage
yang sangat luas tentunya dibutuhkan dana yang sangat besar. Untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut, maka muncul pola baru :
- Pola Build, Operate and Transfer ( BOT )
- Pola Build, Operate – Leased ( BOL )
- Pola Sharing Infrastruktur
Menguasai pengetahuan tentang Regulasi
Munculnya perubahan teknologi menjadikan munculnya
aturan-aturan baru.
· Kewajiban bagi operator untuk menyediakan Layanan
Universal USO
· Seperti aturan frekuensi 3 G dan telah dilakukannya
lelang frekuensi 3 G,
· frekuensi WiMAx yang belum ditentukan,
· aturan VoIp, Multimedia dan mungkin juga aturan
tentang Unified License.
Disinilah PT.xxx dituntut untuk memperjuangkan
kepentingannya di bidang regulasi. Dengan mencermati perkembangan-perkembangan
teknologi, market dan regulasi, maka CIO dituntut untuk mengikuti perubahan
dengan memperhatikan kondisi perusahaan. Kondisi perusahaan saat ini adalah :
Strategi
Menjadi penyedia jasa bagi pelanggan. Saat ini PT.xxx
menjadi penyedia jasa di operator-operator telekomunikasi seperti TELKOM,
INDOSAT GROUP, TELKOMSEL, MOBILE 8, XL, ESIA. Di bidang teknologi, xxx tidak
mempunyai core produk. Strategi bisnis yang sudah berhasil dilakukan selama ini
adalah sebagai main kontraktor dengan pembiayaan sendiri atau dengan pola
Konsorsium. Di bidang regulasi, xxx tidak dapat mempengaruhi regulasi.
Dengan perubahan-perubahan tersebut maka seorang CIO
bertugas untuk membantu :
Menyediakan infrastruktur untuk Decision Making
Koordinasi dengan berbagai divisi bisnis untuk melakukan pemilihan partner, produk,
dan pelanggan Arsitektur IT. Seorang CIO harus bisa memotret keadaan IT di
perusahaan dan kemudian melakukan analisa apakah sistem informasi tersebut
sudah efektif. Pada umumnya sistem yang digunakan adalah de-sentralisasi di
berbagai Divisi, bahkan seperti PT.xxx tidak mempunyai Divisi khusus yang
menangani IT. Sehingga jika terjadi gangguan, tidak ada kejelasan tanggung
jawab. Biasanya di departemen-departemen tersedia aplikasi-aplikasi yang berbeda.
Demikian juga data-data. Data-data lebih banyak tersimpan di pengguna, sehingga
tidak ada sharing data. Masing-masing divisi mempunyai kebijakan-kebijakan
sendiri. Produk kadang-kadang ditangani oleh banyak divisi sehingga terjadi
double investasi, double SDM dan terjadi perbedaan-perbedaan harga untuk produk
yang sama..
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem informasi adalah suatu sistem yang terintegrasi secara
professional untuk menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan
serta membantu kegiatan operasional perusahaan. Dengan adanya sistem informasi
juga proses bisnis serta penyampaian komunikasi antar karyawan satu dengan yang
lainnya bisa berjalan lancar. informasi yang terdapat di perusahaan menjadi
batasan waktu dalam pencapaian kesuksesan, sehingga apabila penyampaian
informasi dilakukan secara lambat maka akan mempengaruhi manajemen dalam
pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Pada kasus ini, maka yang
menjadi tempat studi kasus adalah PT. Telkom Cabang Bogor.
Peranan sistem informasi secara keseluruhan pada PT. Telkom
terbagi menjadi kedalam dua bagian sistem informasi penting, yaitu OSS atau Operations
Support Systems dan MSS atau Management Support Systems. Pada OSS
terdapat empat pendukung sistem lainnya, yaitu TPS, sebagai sistem informasi
lintas fungsi yang memproses data dari transaksi bisnis. Pada PT. Telkom, TPS
digunakan sebagai pengumpul data pelanggan dan output nya digunakan oleh CRM.
Selain itu, ada ECS, sebagai media komunikasi utama yang diposisikan sebagai
wahana kolaborasi dan sharing informasi dan knowledge baik antara pimpinan
dengan staff, antara manajemen dengan karyawan dan antar karyawan. Kemudian ada
SPS atau Specialized Processing System dan PCS atau Process Control
System.
Pada bagian MSS atau Management Support Systems terdapat
empat pendukung sistem lainnya, yaitu MIS Untuk memfasilitasi proses kerja
seluruh karyawan, Telkom membangun infrastruktur komunikasi yang terintegrasi
untuk mempermudah koordinasi kebijakan dan sosialisasi strategi bisnis
Perusahaan antara pembuat kebijakan, pengelola SDM dan karyawan. Yang kedua ada
DSS, sebagai metode pengambilan keputusan yang taktis untuk pengembangan
fasilitas telekomunikasi diperlukan karena perubahan kriteria dan asumsi
pendukung yang juga berubah dengan sangat cepat. Di dalam hal ini PT TELKOM
membuat suatu aplikasi yang dapat dipergunakan untuk mempermudah PT. Telkom
dalam pengambilan keputusan yang cepat dan akurat yang diambil berdasarkan data
dan fakta yang berada di lapangan. Kemudian ada SPS, yang bisa disebut dengan
pengelolaan pengetahuan di perusahaan yang juga difokuskan untuk menciptakan nilai
bisnis yang bisa menghasilkan keunggulan kompetitif yang brekesinmabungan
dengan mengoptimalkan proses penciptaan, berbagi, dan pemanfaatan pengetahuan
yang dibutuhkan perusahaan. Serta pendukung keempat adalah EIS.
Pengembangan
Human Resource pada PT. Telkom diakitkan dengan beberapa sistem
informasi yang telah disebutkan sebelumnya. Ketika sumber daya dalam perusahaan
bisa memanfaatkan sistem informasi yang ada didalamnya dengan sebaik-baiknya,
maka penyampaian informasi yang terstruktur, terkait tujuan perusahaan, bisa
meningkatkan efektifitas sehingga manajer bisa percaya dan tepat waktu untuk
mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan operasional bisnisnya.
DAFTAR PUSTAKA
6. Lynda Applegate, Profesor di
Harvard Business School
9. Peran CIO Indonesia dalam
Investasi TI, Julianto Sidarto, Senin-04 Juni 2007, Majalah SWA,
10. IT for Management 6th, Turban
–Leidner, 2007, John Wiley & Sons Inc.
11. [Anonim]. (2014). “Telkom Indonesia”. [Internet].
[diunduh 2014 Maret 07]. Tersedia pada: www.telkom.co.id
12. Imbar RV, Handayani R. 2008. Analisis pemodelan
sistem informasi Telokom Speedy menggunakan Zachman framework.Jurnal Sistem
Informasi (3).No2.
O’Brien, James A. 2004. Management Information System :
Managing Information Technology in the Business Enterprise. Sixth Edition. Mc.
Graw-Hill. New York, USA.
13. O’Brien, J. A., Marakas, G. M. (2005). Management
Information System.8th Edition. Mc-Graw-Hill Companies, Inc. New York.
14.Sumardi.2013. “Human resoure management atau human
capital management”. [Internet]. [diunduh 2014 Maret07]. Tersedia
pada:http.wongsosumardi.blogspot.com/2013/12/human-resources-management-atau-human.html.
15. Sprague, Ralph H and Watson, Hugh J., 1993, Decision
Support System, Putting Theory into Practice, Prentice Hall, Inc. 3rd –ed.
16. Webopedia. 2014. Enterprise
Collaboration System. [serial online].
17.http://www.webopedia.com/TERM/E/Enterprise_Collaboration_Systems_ECS.html.
Diaksespadatanggal 3 Maret 2014